HASIL BUDAYA
KEHIDUPAN AWAL MANUSIA DI INDONESIA
1. ZAMAN BATU
Zaman Batu Tua (Paleolithikum)
1. Kapak Genggam : berfungsi untuk menggali umbi, memotong dan
menguliti binatang.
2. Kapak Perimbas : berfungsi untuk merimbas kayu, memecahkan
tulang, dan sebagai senjata yang banyak ditemukan di Pacitan.
Maka Ralph Von Koeningswald menyebutkan kebudayaan Pacitan. Dan
pendukung kebudayaan Pacitan adalah jenis Phitecantropus.
3. Alat-alat dari tulang dan tanduk binatang : berfungsi sebagai
alat penusuk, pengorek dan tombak. Banyak ditemukan di ngandong. Pendukung
kebudayaan ini adalah Homo Wajakensis, dan Homo Soloensis.
4. Alat Serpih (flakes) – terbuat dari batu bentuknya kecil, ada
juga yang terbuat dari batu induk (kalsedon) : berfungsi untuk mengiris daging
atau memotong umbi-umbian dan buah-buahan. Pendukung kebudayaan ini adalah Homo
soloensis dan Homo wajakensis.
Zaman Batu Madya
(Mesolithikum)
Pada zaman ini alat-alat dari batu sudah mulai digosok, tetapi
masih belum halus. Manusia pendukung ini adalah homo sapiens, khususnya
Papua Melanesoide.
Hasil budaya Mesolithikum antara lain :
1. Kapak Sumatra (Pebble)
Sejenis kapak genggam yang sudah digosok, tetapi belum sampai halus.
Terbuat dari batu kali yang dipecah atau dibelah.
2. Kjokenmoddinger
Dari bahasa denmark yang
artinya sampah dapur.
3. Abris Sous Roche
Adalah tempat tinggal yang berwujud goa-goa dan ceruk-ceruk di
dalam batu karang untuk berlindung.
4. Batu Pipisan
Terdiri dari batu penggiling dan landasannya. Berfungsi untuk
menggiling makanan, menghaluskan bahan makanan.
Zaman Batu Baru (Neolithikum)
Peralatan batu pada zaman ini sudah halus karena manusia
pendukung sudah mengenal teknik mengasah dan mengupam. Peralatannya antara lain
:
1. Kapak Persegi
Adalah kapak
yang penampang lintangnya berbentuk persegi panjang atau trapesium. Ditemukan
di Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi, dan Kalimantan.
Sebutan kapak persegi diberikan oleh Von Heine Geldern.
2.
Kapak
Lonjong
Adalah kapak
yang penampangnya berbentuk lonjong memanjang. Ditemukan di Irian, seram,
Gorong, Tanimbar, Leti, Minahasa, dan Serawak.
3. Kapak Bahu
Adalah kapak
persegi namun pada tangkai diberi leher sehingga menyerupai botol persegi. Kapak bahu hanya ditemukan di Minahasa,
Sulawesi Utara.
4. Perhiasan (gelang dan kalung dari batu indah) ditemukan di Jawa
5. Tembikar (Periuk belanga) ditemukan didaerah Sumatera, Jawa,
Meldo (Sumba)
6. Pakaian (dari kulit kayu)
Zaman Batu Besar (Megalithikum)
Hasil kebudayaannya :
1. Menhir : tugu batu yang didirikan sebagai pemujaan roh nenek
moyang memperingati arwah nenek moyang.
2. Dolmen : meja batu, merupakan tempat sesaji dan pemujaan
kepada roh nenek moyang. Ada pula yang digunakan untuk kuburan.
3. Sarchopagus atau keranda : bentuknya seperti lesung yang
mempunyai tutup atau ada juga seperti telur dibelah dua.
4. Kubur Batu : peti mati yang terbuat dari batu besar yang
masing-masing papan batunya lepas satu sama lain.
5. Punden Berundak : bangunan tempat pemujaan yang tersusun
bertingkat-tingkat seperti tangga.
6. Waruga : peti kubur peninggalan budaya Minahasa
pada zaman megalitikum. Didalam peti pubur batu ini akan ditemukan berbagai
macam jenis benda antara lain berupa tulang- tulang manusia, gigi manuisa,
periuk tanah liat, benda- benda logam, pedang, tombak, manik- manik, gelang
perunggu, piring dan lain- lain. Dari jumlah gigi yang pernah ditemukan didalam
waruga, diduga peti kubur ini adalah merupakan wadah kubur untuk beberapa
individu juga atau waruga bisa juga dijadikan kubur keluarga (common tombs) atau
kubur komunal. Benda- benda periuk, perunggu, piring, manik- manik serta benda
lain sengaja disertakan sebagai bekal kubur bagi orang yang akan meninggal.
7. Arca : patung batu yang menggambarkan tokoh yang berpengaruh
pada kehidupan sosial atau bermasyarakat di masa itu.
Gambar Arca :
2. ZAMAN LOGAM
1. Zaman Tembaga
Dari penelusuran para ahli, diketahui bahwa alat-alat dari
tembaga ini tidak ditemukan di wilyah asia tenggara, tetapi di wilayah-wilayah
benua lain.
2. Zaman Perunggu
- Candrasa adalah kapak corong yang satu sisinya memanjang.
Candrasa ini biasanya digunakan sebagai tanda kebesaran dan alat upacara saja.
Banyak ditemukan di Yogyakarta dan Roti.
- Bejana Perunggu : bentuknya seperti periuk tapi langsung dan
gepeng. Ditemukan di tepi danau Kerinci dan juga di Madura.
- Nekara :genderang dari perunggu yang berfungsi sebagai alat
upacara, yaitu ditabuh untuk memanggil arwah/roh nenek moyang. Ditemukan di
Jawa, Bali, Roti, Selayar, dan Kei. Nekara terbesar tan ditemukan dibali yang
dikenal dengan Nekara Bulan Pejeng. Ada juga nekara berukuran kecil yang
disebut dengan Moko dietmukan di daerah Alor. Moko dapat difungsikan sebagai
pustaka atau mas kawin.
- Perhiasan Perunggu
- Arca Perunggu
3. Zaman Besi
Pada masa ini manusia telah dapat melebur besi untuk dituang
menjadi alat-alat yang dibutuhkan, pada masa ini di Indonesia tidak banyak
ditemukan alat-alat yang terbuat dari besi.
Alat-alat yang ditemukan adalah :
• Mata kapak, yang dikaitkan pada tangkai dari kayu, berfungsi untuk membelah kayu
• Mata Sabit, digunakan untuk menyabit tumbuh-tumbuhan
• Mata pisau
• Mata pedang
• Cangkul, dll
Alat-alat yang ditemukan adalah :
• Mata kapak, yang dikaitkan pada tangkai dari kayu, berfungsi untuk membelah kayu
• Mata Sabit, digunakan untuk menyabit tumbuh-tumbuhan
• Mata pisau
• Mata pedang
• Cangkul, dll
CIRI-CIRI RAS HOMO SAPIENS
1. Austromelanesoid
Ras Australoid adalah nama ras manusia yang mendiami bagian
selatan India, Sri Lanka, beberapa kelompok di Asia Tenggara, Papua, kepulauan
Melanesia dan Australia.
Untuk kelompok di Asia Tenggara, orang Asli di Malaysia dan orang Negrito di Filipina termasuk ras ini.
Ciri khas utama ras ini ialah bahwa mereka berambut keriting hitam dan berkulit hitam. Namun beberapa anggota ras ini di Australia berambut pirang dan rambutnya tidaklah keriting melainkan lurus. Selain itu beberapa orang Asli di Malaysia kulitnya juga tidak selalu hitam dan bahkan menjurus putih.
Untuk kelompok di Asia Tenggara, orang Asli di Malaysia dan orang Negrito di Filipina termasuk ras ini.
Ciri khas utama ras ini ialah bahwa mereka berambut keriting hitam dan berkulit hitam. Namun beberapa anggota ras ini di Australia berambut pirang dan rambutnya tidaklah keriting melainkan lurus. Selain itu beberapa orang Asli di Malaysia kulitnya juga tidak selalu hitam dan bahkan menjurus putih.
2. Mongoloid
Ras Mongoloid adalah ras manusia yang sebagian besar menetap di
Asia Utara, Asia Timur, Asia Tenggara, Madagaskar di lepas pantai timur Afrika,
beberapa bagian India Timur Laut, Eropa Utara, Amerika Utara, Amerika Selatan,
dan Oseania.
Anggota ras Mongoloid biasa disebut "berkulit kuning", namun ini tidak selalu benar. Misalkan orang Indian di Amerika dianggap berkulit merah dan orang Asia Tenggara seringkali berkulit coklat muda sampai coklat gelap.
Ciri khas utama anggota ras ini ialah rambut berwarna hitam yang lurus, bercak mongol pada saat lahir dan lipatan pada mata yang seringkali disebut mata sipit. Selain itu anggota ras manusia ini seringkali juga lebih kecil dan pendek daripada ras Kaukasoid.
Anggota ras Mongoloid biasa disebut "berkulit kuning", namun ini tidak selalu benar. Misalkan orang Indian di Amerika dianggap berkulit merah dan orang Asia Tenggara seringkali berkulit coklat muda sampai coklat gelap.
Ciri khas utama anggota ras ini ialah rambut berwarna hitam yang lurus, bercak mongol pada saat lahir dan lipatan pada mata yang seringkali disebut mata sipit. Selain itu anggota ras manusia ini seringkali juga lebih kecil dan pendek daripada ras Kaukasoid.
3. Khoisanoid
Ras Khoisan adalah ras manusia yang mendiami daerah barat daya
Afrika, terutama di Namibia, Botswana dan Afrika Selatan. Meski jumlah anggota
ras ini tinggal beberapa ratus ribu, ras ini adalah ras yang sangat menarik sebab
dianggap ras tertua atau cabang pertama yang berpisah dari ras utama manusia
lainnya.
4. Negroid
Ras Negroid adalah istilah yang pernah dipakai dulu untuk
menunjuk fenotipe umum dari sebagian besar penghuni benua Afrika di sebelah selatan gurun Sahara. Keturunan mereka banyak mendiamiAmerika Utara, Amerika Selatan, Eropa dan Timur
Tengah.
Pakar genetika asal Italia, Luigi Luca
Cavalli-Sforza telah membuktikan bahwa
pembagian manusia dalam
ras adalah suatu usaha yang sia-sia. Dengan demikian, dari segi biologi, istilah seperti ras
Negroid padaras manusia tidak
dianggap lagi. Fenotipe seseorang
ditentukan oleh hanya sejumlah kecil gen. Secara biologis, hanya ada satu ras manusia,
yaitu Homo sapiens sapiens.
Dari segi fenotipe, ciri khas utama anggota ras Negroid adalah kulit yang berwarna hitam dan rambutkeriting. Meskipun anggota ras Khoisan dan ras Australoid juga
berfenotipe kulit hitam dan rambut keriting, mereka tidak dianggap termasuk ras
Negroid.
5. Kaukasoid
Ras Kaukasoid adalah ras manusia yang sebagian besar menetap di
Eropa, Afrika Utara, Timur Tengah, Pakistan dan India Utara. Keturunan mereka
juga menetap di Australia, Amerika Utara, sebagian dari Amerika Selatan, Afrika
Selatan dan Selandia Baru.
Anggota ras Kaukasoid biasa disebut "berkulit putih", namun ini tidak selalu benar. Oleh beberapa pakar misalkan orang Ethiopia dan orang Somalia dianggap termasuk ras Kaukasoid, meski mereka berambut keriting dan berkulit hitam, mirip dengan anggota ras Negroid. Namun mereka tengkoraknya lebih mirip tengkorak anggota ras Kaukasoid.
Anggota ras Kaukasoid biasa disebut "berkulit putih", namun ini tidak selalu benar. Oleh beberapa pakar misalkan orang Ethiopia dan orang Somalia dianggap termasuk ras Kaukasoid, meski mereka berambut keriting dan berkulit hitam, mirip dengan anggota ras Negroid. Namun mereka tengkoraknya lebih mirip tengkorak anggota ras Kaukasoid.
bandingkan
kehidupan manusia masa berburu bercocok tanam , dan perundagian?
Sampai sekarangpun di jaman modern alat pendukung berupa batu dan logam masih
tetap dipergunakan karena manusia semodern apapun tidak akan lepas dari yang
namanya batu dan logam tetapi dengan bentuk yang berbeda dan penggunaan yang
berbeda pula.
Ada tiga masa kehidupan dari jaman prasejarah yaitu Masa Berburu, Masa Bercocok Tanam, dan Masa Perundagian.
1. Masa Berburu dan Meramu atau Mengumpulkan Makanan
Kegiatan pada manusia pada jaman ini dalam memenuhi kebutuhan
pangannya dilakukan dengan cara berburu dan meramu atau istilahnya Food Gathering. Kehidupan yang dijalani pada jaman ini adalah berpindah-pindah
dengan kelompok masing-masing. Apabila makanan telah habis dan wilayah yang
didiaminya tidak lagi menghasilkan maka kelompok-kelompok pada jaman ini akan
berpindah mencari wilayah yang subur, banyak binatang buruan untuk memenuhi
hajat kebutuhan makan. Pada masa ini kehidupan sosial masih terbatas yaitu pada
kelompok-kelompok kecil dan juga sudah mengenal yang namanya berladang, apabila
ladang yag digarap sudah tidak subur lagi maka akan berpindah menjadi lahan
baru untuk dibuat ladang.
Kelajutan dari masa berburu dan meramu dengan hidup
berpindah-pindah adalah kehidupan yang sudah mengenal bercocok tanam. Kehidupan
bercocok tanam pada masa ini membuat hidup kehidupan tidak lagi berpindah dari
satu tempat ketempat yang lain tetapi sudah menetap. Kehidupan sosial pada
jaman ini juga sudah semakin maju yang ditandai dengan adanya desa dan pemimpin
yang dipilih untuk memimpin kelompok atau warga.
3. Masa Perundagian
Masa perundagian merupakan masa kehidupan manusia yang sudah
maju dan teratur, masa ini ditandai dengan berbabagai bangunan besar yang
dibuat, sistem kemasyarakatan yang baik diantaranya adalah mengenal musyawarah
dan gotong royong, serta kehidupan bercocok tanam yang sudah maju.
identifikasi
jenis manusia purba yang ditemukan di indonesia dengan manusia purba dari luar
negeri?
Beberapa jenis manusia purba telah ditemukan di dunia. Manusia purba ini hidup pada zaman prasejarah. Dari mana kita dapat
mempelajari manusia purba, padahal pada masa itu manusia belum mengenal
tulisan? Kita dapat mempelajari manusia purba dan kehidupannya, karena banyak
ditemukan fosil manusia purba dan benda-benda budaya yang dihasilkannya. Hal
ini kita temukan di berbagai tempat di Indonesia maupun di luar Indonesia.
Manusia purba di Indonesia
Pithecanthropus Erectus
Nama manusia purba ini berasal dari tiga kata, yaitu pithecos yang berarti kera, anthropus yang berarti manusia, dan erectus yang berarti tegak. Jadi Pithecanthropus Erectus berarti “manusia kera yang berjalan tegak”. Nama sebutan itu didasarkan pada fosil yang ditemukan. Penemuan ini berupa tulang paha yang lebih besar dibandingkan tulang lengan. Demikian juga volume otaknya lebih besar dari pada kera, tetapi lebih kecil dari pada manusia.
Fosil ini ditemukan oleh seorang ahli purbakala dari negara Belanda yang bernama Eugene Dudois. Fosil manusia purba ini ditemukan di Desa Trinil, Ngawi, Jawa Timur tahun 1891. Fosil sejenis juga ditemukan di Desa Jetis Mojokerto di lembah Kali Brantas tahun 1936. Karena temuan itu berupa fosil anak-anak, oleh Weidenreich dinamakan Pithecanthropus Robustus. Von Koenigswald menamakannya Pithecanthropus Mojokertensis, karena ditemukan di Mojokerto.
Meganthropus Palaeojavanicus
Meganthropus Palaeojavanicus berasal dari kata mega yang berarti besar, anthropus yang berarti manusia, palaeo yang berarti tertua, dan javanicus yang berarti Jawa. Meganthropus Palaeojavanicus berarti “manusia besar tertua dari Jawa”. Arti ini diambil berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tulang rahang atas dan rahang bawah jauh lebih kuat dari pada Pithecanthropus Erectus. Fosil ini ditemukan oleh von Koenigswald di Sangiran, Surakarta pada tahun 1941. Sekarang di tempat tersebut dibangun Museum Purbakala Sangiran. Von Koenigswald menganggap fosil ini lebih tua dibandingkan dengan Pithecanthropus Erectus.
Homo
Homo berarti “manusia”. Fosil ini disebut homo karena menurut penyelidikan yang dilakukan oleh von Koenigswald, makhluk ini lebih tinggi tingkatannya dari pada Pithecanthropus Erectus. Bahkan makhluk homo sebanding dengan manusia biasa. Ada dua jenis fosil homo, yaitu Homo Soloensis dan Homo Wajakensis.
Homo Soloensis berarti “manusia dari solo”. Fosil di temukan oleh Ter Haar dan Oppenorth di daerah Ngandong lembah Bengawan Solo. Sedangkan Homo Wajakensis berarti “manusia dari wajak” karena memang ditemukan di Desa Wajak, dekat Tulungagung Jawa Timur. Fosil ini ditemukan oleh Eugene Dubois pada tahun 1889. Jenis manusia purba ini setingkat dengan Homo Soloensis. Fosil ini diperkirakan mirip dengan penduduk asli Australia.
Berdasarkan perkembangannya dikenal jenis homo yang lain yaitu Homo Sapiens. Homo Sapiens berarti “manusia cerdas”. Jadi, jenis manusia ini jauh lebih sempurna jika dibandingkan dengan makhluk sebelumnya. Jenis inilah yaang dikatakan sebagai nenek moyang bangsa Indonesia yang berasal dari Yunan.
Menurut von Koenigswald, fosil-fosil tersebut ditemukan di lapisan yang berbeda. Fosil Meganthropus Palaeojavanicus ditemukan di lapisan dilluvium bawah (lapisan Jetis). Fosil Pithecanthropus Erectus ditemukan di lapisan dilluvium tengah (lapisan Trinil). Adapun fosil Homo ditemukan di lapisan dilluvium atas (lapisan Ngandong). Berdasarkan keterangan tersebut dapat di simpulkan bahwa Meganthropus lebih tua dari pada Pithecanthropus Erectus. Namun, Pithecanthropus Erectus lebih tua dibandingkan dengan Homo.
Manusia purba di dunia (luar Indonesia)
Fosil manusia purba selain ditemukan di Indonesia, juga ditemukan di tempat-tempat lain yaitu Cina, Afrika, dan Eropa.
Manusia purba di Cina
Manusia purba yang ditemukan di Cina disebut Homo Pekinensis, yang berarti “manusia dari Peking” (sekarang Beijing). Homo Pekinensis ditemukan di Gua Choukoutien sekitar 40 km dari Peking. Fosil ini ditemukan oleh seorang sarjana dari Kanada bernama Devidson Black. Berdasarkan penyelidikan, kerangka jenis manusia purba ini menyerupai kerangka Pithecanthropus Erectus. Oleh karena itu, para ahli menyebutnya juga dengan nama Pithecanthropus Pekinensis atau Sinanthropus Pekinensis yang berarti “manusia kera dari Peking”.
Manusia purba di Afrika
Manusia purba yang ditemukan di afrika disebut Homo Africanus yang berarti “manusia dari Afrika”. Fosilnya ditemukan oleh Reymond Dart. Fosil ini ditemukan di dekat sebuah pertambangan Taung Bostwana, tahun 1924. Setelah direkonstruksi ternyata membentuk kerangka seorang anak yang berusia sekitar 5 sampai 6 tahun. Fosil ini di beri nama Australopithecus Africanus, karena hampir mirip dengan penduduk asli Australia. Selanjutnya, Robert Broom menemukan fosil serupa yang berupa tengkorak orang dewasa di tempat yang sama.
Manusia purba di Eropa
Manusia purba yang ditemukan di Eropa disebut Homo Neandherthalensis. Nama itu mengandung arti “manusia Neanderthal”. Manusia jenis ini ditemukan oleh Rudolf Virchow di lembah Neander, Dusseldorf, Jerman Barat tahun 1856. Selain di Jerman, juga ditemukan di Gua Spy Belgia. Di Prancis ditemukan manusia purba yang disebut Homo Cro Magnon.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa perbedaan antara jenis Pithecanthropus Erectus dengan Homo Sapiens. Kamu dapat melihat perbedaan tersebut antara lain sebagai berikut.
Manusia purba di Indonesia
Pithecanthropus Erectus
Nama manusia purba ini berasal dari tiga kata, yaitu pithecos yang berarti kera, anthropus yang berarti manusia, dan erectus yang berarti tegak. Jadi Pithecanthropus Erectus berarti “manusia kera yang berjalan tegak”. Nama sebutan itu didasarkan pada fosil yang ditemukan. Penemuan ini berupa tulang paha yang lebih besar dibandingkan tulang lengan. Demikian juga volume otaknya lebih besar dari pada kera, tetapi lebih kecil dari pada manusia.
Fosil ini ditemukan oleh seorang ahli purbakala dari negara Belanda yang bernama Eugene Dudois. Fosil manusia purba ini ditemukan di Desa Trinil, Ngawi, Jawa Timur tahun 1891. Fosil sejenis juga ditemukan di Desa Jetis Mojokerto di lembah Kali Brantas tahun 1936. Karena temuan itu berupa fosil anak-anak, oleh Weidenreich dinamakan Pithecanthropus Robustus. Von Koenigswald menamakannya Pithecanthropus Mojokertensis, karena ditemukan di Mojokerto.
Meganthropus Palaeojavanicus
Meganthropus Palaeojavanicus berasal dari kata mega yang berarti besar, anthropus yang berarti manusia, palaeo yang berarti tertua, dan javanicus yang berarti Jawa. Meganthropus Palaeojavanicus berarti “manusia besar tertua dari Jawa”. Arti ini diambil berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa tulang rahang atas dan rahang bawah jauh lebih kuat dari pada Pithecanthropus Erectus. Fosil ini ditemukan oleh von Koenigswald di Sangiran, Surakarta pada tahun 1941. Sekarang di tempat tersebut dibangun Museum Purbakala Sangiran. Von Koenigswald menganggap fosil ini lebih tua dibandingkan dengan Pithecanthropus Erectus.
Homo
Homo berarti “manusia”. Fosil ini disebut homo karena menurut penyelidikan yang dilakukan oleh von Koenigswald, makhluk ini lebih tinggi tingkatannya dari pada Pithecanthropus Erectus. Bahkan makhluk homo sebanding dengan manusia biasa. Ada dua jenis fosil homo, yaitu Homo Soloensis dan Homo Wajakensis.
Homo Soloensis berarti “manusia dari solo”. Fosil di temukan oleh Ter Haar dan Oppenorth di daerah Ngandong lembah Bengawan Solo. Sedangkan Homo Wajakensis berarti “manusia dari wajak” karena memang ditemukan di Desa Wajak, dekat Tulungagung Jawa Timur. Fosil ini ditemukan oleh Eugene Dubois pada tahun 1889. Jenis manusia purba ini setingkat dengan Homo Soloensis. Fosil ini diperkirakan mirip dengan penduduk asli Australia.
Berdasarkan perkembangannya dikenal jenis homo yang lain yaitu Homo Sapiens. Homo Sapiens berarti “manusia cerdas”. Jadi, jenis manusia ini jauh lebih sempurna jika dibandingkan dengan makhluk sebelumnya. Jenis inilah yaang dikatakan sebagai nenek moyang bangsa Indonesia yang berasal dari Yunan.
Menurut von Koenigswald, fosil-fosil tersebut ditemukan di lapisan yang berbeda. Fosil Meganthropus Palaeojavanicus ditemukan di lapisan dilluvium bawah (lapisan Jetis). Fosil Pithecanthropus Erectus ditemukan di lapisan dilluvium tengah (lapisan Trinil). Adapun fosil Homo ditemukan di lapisan dilluvium atas (lapisan Ngandong). Berdasarkan keterangan tersebut dapat di simpulkan bahwa Meganthropus lebih tua dari pada Pithecanthropus Erectus. Namun, Pithecanthropus Erectus lebih tua dibandingkan dengan Homo.
Manusia purba di dunia (luar Indonesia)
Fosil manusia purba selain ditemukan di Indonesia, juga ditemukan di tempat-tempat lain yaitu Cina, Afrika, dan Eropa.
Manusia purba di Cina
Manusia purba yang ditemukan di Cina disebut Homo Pekinensis, yang berarti “manusia dari Peking” (sekarang Beijing). Homo Pekinensis ditemukan di Gua Choukoutien sekitar 40 km dari Peking. Fosil ini ditemukan oleh seorang sarjana dari Kanada bernama Devidson Black. Berdasarkan penyelidikan, kerangka jenis manusia purba ini menyerupai kerangka Pithecanthropus Erectus. Oleh karena itu, para ahli menyebutnya juga dengan nama Pithecanthropus Pekinensis atau Sinanthropus Pekinensis yang berarti “manusia kera dari Peking”.
Manusia purba di Afrika
Manusia purba yang ditemukan di afrika disebut Homo Africanus yang berarti “manusia dari Afrika”. Fosilnya ditemukan oleh Reymond Dart. Fosil ini ditemukan di dekat sebuah pertambangan Taung Bostwana, tahun 1924. Setelah direkonstruksi ternyata membentuk kerangka seorang anak yang berusia sekitar 5 sampai 6 tahun. Fosil ini di beri nama Australopithecus Africanus, karena hampir mirip dengan penduduk asli Australia. Selanjutnya, Robert Broom menemukan fosil serupa yang berupa tengkorak orang dewasa di tempat yang sama.
Manusia purba di Eropa
Manusia purba yang ditemukan di Eropa disebut Homo Neandherthalensis. Nama itu mengandung arti “manusia Neanderthal”. Manusia jenis ini ditemukan oleh Rudolf Virchow di lembah Neander, Dusseldorf, Jerman Barat tahun 1856. Selain di Jerman, juga ditemukan di Gua Spy Belgia. Di Prancis ditemukan manusia purba yang disebut Homo Cro Magnon.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa perbedaan antara jenis Pithecanthropus Erectus dengan Homo Sapiens. Kamu dapat melihat perbedaan tersebut antara lain sebagai berikut.
- Ruang tengkorak Pithecanthropus
lebih kecil dibandingkan Homo Sapiens, sehingga volume otaknya juga lebih
kecil. Ruang tengkorak Pithecanthropus kurang dari 1000 cc, sedangkan
ruang tengkorak Homo Sapiens lebih dari 1000 cc.
- Tulang kening Pithecanthropus
lebih menonjol ke depan.
- Tulang rahang bawah
Pithecanthropus lurus ke depan sehingga tidak berdagu, sedangkan Homo
sapiens berdagu.
- Tulang rahang dan gigi
Pithecanthropus lebih besar dan kuat dari pada tulang rahang Homo sapiens.
- Tinggi dan berat badan Homo
Sapiens lebih besar yaitu 130-210 cm dan 30-150 kg