Berisi Ilmu Yang Konkret dan Berguna

10 October 2012

Bahasa Toraja


Bahasa Toraja banyak dipakai di Sulawesi. Sejak Indonesia merdeka, banyak orang Toraja yang menyebar ke berbagai daerah di Sulawesi, seperti : Palu, Palopo, Makassar, Pare-pare dan kota-kota lain.
Selain itu orang Toraja juga banyak menyebar ke pulau lain seperti Irian, Kalimantan, dan Jawa. Sebagian besar orang Toraja pergi untuk mencari penghidupan yang lebih baik, bukan karena daerah Toraja miskin, tetapi karena lapangan pekerjaan yang tidak memadai. Ini pun juga hal yang sama dialami oleh daerah-daerah lain di Negara Indonesia.

Pada tahun 1980-1990an, Basa Toraja (Bahasa Toraja) masih diajarkan sebagai pelajaran wajib sampai kelas 6 Sekolah Dasar (Elementary School).
Untuk melesatarikan Basa Toraya, perlu suatu usaha .. karena kalau tidak bisa jadi Basa Toraya akan menghilang dari bumi ini.
Untuk memulai, kita akan belajar beberapa kalimat-kalimat penting dalam Basa Toraya.
1. Manasumo raka ? ( Have you finished cooking the meal ? )
2.0. Umba susi kareba ? ( How’s life ? How are you ? )
2.1. Indannsa sangammi/sangammu ? (What is your name ? )
3. Piran mi rampo ? ( When did you arrive ? )
4. Tanggala’ pira mo totemo ? (What date is it today ?)
5. Umba muni torro ? (where do you live ? )
6. Tanggala’ pira mu dadi ? (What date is your birthday ?)
7. Lamalena’ ma’ pasa’ ( I want to go to the market )
8. Lamalena’ ma’ pariu ( I am going to plow up the ricefield )
9. Piramo umuru’ mu ? (How old are you? )

I

NTERFERENSI BAHASA INDONESIA OLEH PENUTUR BAHASA TORAJA DI SDN 013 TARAKAN (BAB II )
Oleh MARTINA S.
A. Bahasa
Soekono (91984 :1) berpendapat bahwa bahasa adalah alat komunikasi antara anggota masyarakat yang berupa bunyi suara. Maksud dari pendapat tersebut pada dasarnya menyatakan bahwa bahwa bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh manusia lainnya. Dengan demikian dapat di katakan bahwa manusia tidak dapat berinteraksi satu sama lain tanpa adanya bahasa.
Keraf (1995 : 1:2) mengatakan bahwa bahasa adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat, berupa lambang bunyi, yang di hasilkan oleh alat ucap manusia. Pendapat tersebut menyatakan bahwa bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi berupa lambang bunyi ujaran yang mempunyai makna dan arti. Dengan demikian, dapat di katakan bahwa bahasa adalah alat komunikasi manusia yang berupa lamnbang bunyi ujaran, yang memiliki makna dan arti.
Chaer (1995 : 159) mangatakan bahwa bahasa adalah sebuah sistem, artinya bahasa itu di bentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat di kaidahkan. Maksud pernyataan tersebut menyatakan bahwa bahasa adalah sebuah sistem yang tersusun menurut pola-pola tertentu dan terdiri atas beberapa kaidah yakni kaidah fonologi, morfologi, dan sintaksis.
B. Interferensi Bahasa
Chaer (1995 : 159) mengatakan bahwa interferensi merupakan perubahan sistem suatu bahasa sehubungan dengan adanya persentuhan bahasa tersebut dengan unsur-unsur bahasa lain yang dilakukan oleh penutur yang bilingual. Pernyataan

tersebut pada dasamya menyatakan bahwa interferensi adalah perubahan sistem suatu bahasa akibat adanya pengaruh bahasa lain.
Interferensi merupakan salah satu gejala yang sering terjadi dalam pemakaian bahasa karena adanya dua system bahasa yang dikuasai. Yakni bahasa pertama (bahasa ibu) dan bahasa kedua. Seseorang yang menguasai dua bahasa (dwi bahasa) dalam berbahasa kedua sangat dipengaruhi oleh penguasaan bahasa pertama. Jadi bahasa pertama berinterferensi pada bahasa kedua. Interferensi lebih bersifat individual.
Interferensi yang terjadi berupa pengucapan baik secara lisan maupun tulisan. Interferensi bahasa lisan terdapat dalam ujaran seorang dwi bahasa, akibat penguasaan bahasa pertama. Penutur bilingual menggunakan dua bahasa secara bergantian. Hal ini menunjukkan bahwa setiap penutur memiliki variasi bahasa. Ada penutur yang menguasai Bl dan B2 sama baiknya, ada pula yang tidak, serta ada pula yang kemampuan B2-nya sangat minim. Penuturan bilingual yang mempunyai kemampuan bahasa pertama (Bl) dan bahasa kedua (B2) sama baiknya tentu tidak mengalami kesulitan untuk menggunakan kedua bahasa itu kapan saja diperlukan (kemampuan bahasa sejajar), sedangkan yang mempunyai kemampuan terhadap B2 jauh lebih rendah (tidak sama) dari kemampuan Bl-nya disebut kemampuan bahasa majemuk (Chaer, 1995:159). Penutur yang mempunyai kemampuan majemuk biasanya mempunyai kesulitan dalam menggunakan B2-nya karena dipengaruhi oleh kemampuan B1 -nya.
Interferensinya terjadi pada beberapa bidang kebahasaan yaitu bidang fonologi, morfologi, dan sintaksis.

C.Fonologi
1.1 Klasifikasi Vokal (Bahasa Toraja)
Bunyi vocal biasanya di klasifikasikan dan di beri nama berdasarkan posisi lidah dan bentuk mulut. Posisi lidah bisa bersifat vertical dan biasa bersifat horizontal. Secara vertical di bedakan adanya vokal tinggi misalnya bunyi {i} dan {«} : vocal tengah , misalnya bunyi {e} dan {9} dan vocal rendah, misalnya bunyi {a}, secara horizontal di bedakan adanya vocal depan, misalnya bunyi {/} dan {e} vocal pusat, misalnya bunyi {3} dan vocal belakang, misalnya bunyi {M} dan {o}. Kemudian menurut bentuk mulut di bedakan adanya vocal bundar dan vocal tak bundar. Di sebut vocal bundar karena bentuk mulut membundar ketika mengucapkan vokal itu, misalnya vocal {o} dan {«}. di sebut vocal tak bundar karena bentuk mulut tak membundar, melainkan melebar ketika mengucapkan vocal tersebut, misalnya vocal {/’} dan {e} (Chaer, 1993:113).
1.2 Klasifikasi Vocal (Bahasa Toraja)
Klasifikasi vocal bahasa Toraja bertujuan untuk member! gambaran mengenai posisi ata tempat setoap fonem di wilayah alat-alat ucap berdasarkan pembentuknya,yaitu alat ucap mana yang aktif dalam proses terjadinya bunyi-bunyi vocal itu. Fonem vocal dalam bahasa Toraja sebanyak lima buah, yakni {i}, {u}, {e}, {o}, dan {a}.
Selain itu bahasa Toraja yang memiliki rangkaian vocal, baik itu rangkaian vokal yang sama (kembar) maupun rangkaian vocal yang berbeda
1.2.1 Klarifikasi Konsonan (Bahasa Toraja)
Konsonan adalah bunyi ujaran yang terjadi karena udara yang keluar dari paru-paru mendapat halangan (Keraf, 1990 ; 25). Berikut klarifikasi konsonan dalam bahasa Indonesia.
1.1.2 Klarifikasi Konsonan (Bahasa Toraja)
Bahasa Toraja memiliki tujuh belas konsonan termasuk satu konsonan serapan yaitu (c) (sande, 1990 : 47).
Bahasa toraja juga memiliki rangkaian konsonan yang di namakan konsonan kembar (geminate). Rangkaian ini memiliki ciri spesifik dan unik dalam bahasa toraja karena secara fonetis merupakan bunyi panjang yang kelihatannya sebagai suatu konsonan terdiri (Sander, 1990:55)
D. Morfologi
Ramlan (2001:21) mendefinisikan morfologi sebagai bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata baik secara gramatukal maupun leksikal. Ramlan mengatakan bahwa perubahan-prubahan bentuk kata terjadi padabentuk dasar yang mengikutinya. Perubahan-perubahan tersebut terjadi pada afiksasi dan reduplikasi. Komponen tersebut juga terjadi pada interferensi bahasa.

1. Afiksasi
Afiks atau imbuhan ada tiga, yakni imbuhan awal, imbuhan tengah, dan imbuhan akhir (Soekono, 198:92).
a. Imbuhan awal
1. Awalan / perfiks : me-, her-, di-, ter-, pe-, per-, se-, ke-
2. Prokilis : ku, kau
b. Imbuhan tengah Sisipan / infiks : -el-, -em-, -er-,
c. Imbuhan akhir
1. Akhiran / supfiks : -/, -kan, -an, -man, -wan, -wati, -is
2. Partikel : -lah, -kah, -tah, -pun
3. Eknis : -ku, -mu, -dal, -ndal, -anda
d. Konfiks : ke-an, me-kan, mem-per-i, mem-per-kan, di-i, di-kan, di-per-i, di-
per- kan.
2. Reduplikasi
Mansoer (1996:143) menjelaskan adanya bentuk ulang dan bentuk ulang kata. Ulangan kata adalah kata yang di ulang-ulang, misalnya “mana,mana yang kau maksud?” kalinat tersebut terdapat kata ‘mantf yang diulang beberapa kali. Sedangkan kata ‘mand’ dalam kalimat “mana-mana yang kau sukai, ambil saja”. adalah kata ulang yang menyatakan benda atau bahan apa saja kata ulang (reduplikasi) adalah proses morfemis yang megulang bentuk dasar, baik secara keseluruhan, sebagian (parsial), maupun dengan perubahan bunyi (Chaer, 1994:182).

£. Sintaksis
Sintaksis merupakan bidang tataran linguistic yang membicarakan kata dalam hubungannya dengan kata lain, atau unsure-unsur lain sebagai satuan. Objek kajian sintaksis adalah frasa, klausa, dan kalimat.
1. Frasa
Frasa merupakan suatu kesatuan yang terdiri atas dua kata atau lebih, yang masing-masing mempertahankan makna dasar katanya (kreaft, 1991: 175).
Setiap frasa memiliki satu unsur yang di sebut inti atau pusat, sedangkan unsur yang lain menjadi penjelas atau pembatas, misalnya: petani muda, tepi sawah, lereng gunung. Kata ‘petani’, ‘tepi’, ‘lereng’, adalah inti atau pusat, sedangkan kata ‘muda”, ‘sawah’, ‘gunung’, adalah unsur penjelas atau pembatasnya.
2. Klausa
Klausa adalah sintaksis berupa runtutan kata-kata berkonstruksi prodikatif. Artinya, di adalam konstruksi itu ada komponen lain yang berfungsi sebagai subjek, sebgai objek, dan keterangan. Selain fungsi predikat yang harus ada dalam konstruksi klausa ini, fungsi subjek boleh di katakan bersifat wajib, sedangkan yang lainnya bersifat tidak wajib (chaer, 1994:231). Misalnya ‘kamar mandi’ dan ‘adik mandi’. Konstruksi ‘kamar mandi’ bukanlah sebuah klausa karena hubungan komponen ‘kamar’ dan ; ‘mandi’ tidak bersifat perdikatif. Sedangkan konsruksi ‘nenek mandi’ adalah klausa karena hubungan komponen ‘nenek’ dan ‘mandi ‘ bersifat predikatif; ‘nenek’ adalah subjak dan ‘mandi’ pengisi predikat.
3. Kalimat
Bahasa dalam setiap hari, sering terjadi hubungan antar kata yang satu dengan kata yang lain. Hubungan antara kata-kata dapat menimbulkan kelompok kata atau kalimat. Kelompok kata merupakan bagian kalimat, tetapi tidak semua kelompok kata dapat di namai kalimat (Soekono, 1984:231).


Powered by Blogger.